BERSYUKUR SETIAP SAAT
Namaku :
Ananda yulia Kurnia Sari
No Peserta ku : 13101006
No Peserta ku : 13101006
Dari begitu
bangun pagi dari kamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa
kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima kali
sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berterima kasih dan
bersyukur di dalam hati? Berapa kali yang saya ucapkan dengan lantang bersuara
dengan orang lain? Mungkin bisa 50 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, karena
tidak saya hitung.
Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannnya mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih bersih.
Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (believe) bahwa memang benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka, semua peerbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan perlu mengucapkan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanajang hayat. Ah, tidak praktis, mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagi bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalam, namun dengan bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalaam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai.
Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan kerja keras untuk mengubagh diri. Jangan pikirkan hanya “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharap nasib akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.
“Terima Kasih” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lebih lembut dari pada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magniut yang bisa membantu kita semua dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika kita ada keraguan dn ke-engganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda renungkan niat Anda unjtruk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri. Aammiiin ...
Tidak praktis kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan terima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannnya mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik di dalam hitam kelam dan ada hitam setitik di dalam putih bersih.
Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (believe) bahwa memang benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka, semua peerbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagai personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan perlu mengucapkan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanajang hayat. Ah, tidak praktis, mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagi bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalam, namun dengan bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalaam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir maka segala faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai.
Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan modal uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan kerja keras untuk mengubagh diri. Jangan pikirkan hanya “pahala” yang Anda dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharap nasib akan berubah dalam sekejap. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.
“Terima Kasih” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lebih lembut dari pada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magniut yang bisa membantu kita semua dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, jika kita ada keraguan dn ke-engganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda renungkan niat Anda unjtruk menjadi personifikasi dari sukses itu sendiri. Aammiiin ...
0 komentar:
Posting Komentar